Jumat, 18 Februari 2011

PEREKONOMIAN INDONESIA DIBAWAH KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) pertama kali dilantik sebagai presiden tahun 2004 ( 2004 - 2009 ) bersama wakilnya Bapak Jusuf Kalla ( JK ). dan kemudian setelah habis masa pemerintahannya, beliau kembali terpilih dalam pemilu sebagai presiden tahun 2009 - 2014 bersama wakil barunya yaitu Bapak Boediono.


saya akan membahas satu persatu berdasarkan perekonomiannya saja, dimulai dari pemerintahan SBY - JK ( 2004 - 2009 ) :
disinilah pertama kali beliau menjadi seorang presiden. mungkin memang benar keadaan kali itu setelah pemerintahan Ibu Megawati, Indonesia mengalami suatu perubahan karena masa perpindahan kepemimpinan. di awal kepemimpinannya, beliau mendapat banyak masalah terutama perekonomian Indonesia. contohnya dalam kampanye beliau, mungkin beliau belum sempat merealisasikan seperti:
1. Janji Gagal dalam Pertumbuhan Ekonomi 2004-2009 (Turun)

Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4.5 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat.
Pertumbuhan
Janji Target
Realisasi
Keterangan
2004
ND
5.10%
2005
5.50%
5.60%
Tercapai
2006
6.10%
5.50%
Tidak tercapai
2007
6.70%
6.30%
Tidak tercapai
2008
7.20%
6.20%
Tidak tercapai
2009
7.60%
~5.0%
Tidak tercapai *

Janji Target Pertumbuhan Ekonomi : RPM 2004-2009
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi : BPS RI – GDP
Tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi di atas 6.6% menyebabkan program pengentasan kemiskinan dan pengangguran tidak dapat dicapai oleh pemerintah sesuai dengan janji dan targetnya. Padahal, strategi utama pembangunan ekonomi untuk mengentas kemiskinan dan pengangguran adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan usaha yang sehat. Sehingga, jumlah masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya nyaris tidak berkurang.
2. Janji Gagal dalam Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka harga barang dan jasa akan semakin mahal. Semakin mahal harga barang dan jasa, berarti semakin sulit masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi setidaknya sama atau dibawah  angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun 2 kali lebih besar  dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi
Janji Target
Fakta
Catatan Pencapaian
2004
6.40%
2005
7.00%
17.10%
Gagal
2006
5.50%
6.60%
Gagal
2007
5.00%
6.60%
Gagal
2008
4.00%
11.00%
Gagal
Selama 4 tahun pemerintahan, Pemerintahan SBY-JK setiap tahun gagal memenuhi janji untuk mengendalikan harga barang dan jasa. SBY berjanji bahwa inflasi rata-rata adalah 5.4% (2004-2009) . Fakta yang terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula.
3. Janji Gagal dalam Jumlah Penduduk Miskin
Salah tujuan utama pendirian negara Republik Indonesia adalah menciptakan kesejahteraan rakyat yang tercatup dalam UUD 1945. Fenomena kemiskinan merupakan hal yang tidak bisa dihindar meskipun di negara semaju Amerika, Jepang, Jerman dan Korea. Yang menjadi tolak ukur adalah seberapa besar rasio penduduk miskin di suatu negara dan seberapa banyak angka kemiskinan yang mengancam harkat dan martabat manusia yang seutuhnya.
Dalam RPM 2004-2009 (Bagian 4 halaman 1)
Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target  berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnyapengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persenpada tahun 2009.
Penduduk Miskin
Jumlah
Persentase
Catatan
2004
36.1 juta
16.60%
2005
35.1 juta
16.00%
Februari 2005
2006
39.3 juta
17.80%
Maret 2006
2007
37.2 juta
16.60%
Maret 2007
2008
35.0 juta
15.40%
Maret 2008
2009
8.2% ????
Sumber data:
Janji Menurunkan Angka Kemiskinan RPM 2004-2009
Fakta Angka Kemiskinan : BPS 2008
Sudah jelas bahwa dalam penangangan kemiskinan, SBY gagal memenuhi janjinya lagi.
4. Gagal Mempertahankan/Menstabilkan Kurs Rupiah
Kurs Rupiah
2004
2009
Kondisi
Dollar US
9,078
10,146
Melemah 12%
Ringgit Malaysia
2,388
2,908
Melemah 22%
Dolar Singapura
5,448
7,027
Melemah 29%
Peso Filipina
161
214
Melemah 33%
Baht Thailand
221
297
Melemah 34%
Referensi : Kurs per Juni 2009 Fiskal Depkeu dan kurs rupiah diatas rata-rata pada tahun 2004 (Rp 8928 per dolar).
Salah satu paramater perekonomian adalah kestabilan nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang dunia. Dari  data kurs rupiah terhadap sejumlah mata uang, terlihat bahwa selama 4 tahun, pemerintah SBY-JK gagal mempertahankan nilai kurs rupiah, bahkan dalam kawasan ASEAN, nilai tukar rupiah merosot lebih 30%. Hal ini berbeda dengan pencapaian kurs mata uang Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ditengah merosotnya kurs rupiah, Malaysia mampu menguatkan kursnya lebih 8%, Filipina 16%, Thailand 15%, dan Singapura 14%. Jelas sudah, kekuatan aspek ekonomi kita cenderung menurun dibanding negara ASEAN.
5. Gagal Dalam Target Penurunan Angka Pengangguran Terbuka
Berdasarkan janji-janjinya dalam kampanye yang dituangkan dalam RPJM :  Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target  berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 200dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.
Lalu kita bandingkan dengan data Tenaga Kerja oleh BPS :
Tahun
Persen Pengangguran
2003
9.5%
2004
9.9%
2005
11.2%
2006
10.3%
2007
9.1%
2008
8.4%
2009
5.1% ???
Pemerintah menargetkan rata-rata angka pengangguran turun sekitar 0.8% per tahun. Namun, dari tabel di atas, maka kita bisa melihat bahwa selama 2.5 tahun pertama angka pengangguran bukannya berkurang tapi malah bertambah. Dan hingga tahun 2008 angka pengganguran mencapai 8.4%. Janji-janji “angin surga” pada tahun 2004 hanyalah isapan jempol. Bagaimana tidak, hingga akhir tahun 2008 angka pengangguran terbuka mencapai 9.3 juta jiwa. Sebanyak 590.000 lulusan perguruan tinggi tidak memiliki pekerjaan, 360.000 lulusan diploma menganggur, 3.8 juta lulusan SMA hanya menghabis-habis hari-hari dengan melihat lowongan pekerjaan. Belum lagi 1.97 juta lulusan SMP dan 2.1 juta lulusan SD.
Angka pengangguran tidak kunjung turun karena paradigma pemerintah adalah memprioritaskan “kemegahan” angka-angka makro ekonomi. Pemerintah hanya memfasilitasi perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan. Pasar tenaga kerja dibuka bebas. Padahal, dengan anggaran pajak dan kekayaaan alam, semestinya Pemerintah turun langsung menciptakan lapangan pekerjaan dengan membangun proyek infrastruktur atau menjadikan BUMN sebagai sentra produksi. Langkah-langkah ini tidak diambil dan membiarkan paham neoliberalisme berkembang pesat. Baru setelah masukan dan inisiatif orang-orang diluar Tim Ekonomi SBY-JK, pemerintah menyetujui pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW, Bandara dan lain-lain. Yang parahnya lagi adalah ad hoc dana BLT dijadikan program karena telah menjadi program politik untuk meraih suara. Disisi lain, 80% dana stimulus  70 triliun  dinikmati oleh para konglomerat melalui keringan pajak. Inilah kebijakan memihak para konglomerat dengan harapana perusahaan para konglomerat menciptakan lapangan pekerjaan.

sekarang saya akan membahas perekonomian indonesia dibawah kepemimpinan SBY - Boediono ( 2009 - 2014 ) :

pada pemilu selanjutnya kembali terpilih SBY sebagai presiden dengan wakil barunya Boediono. rakyat mungkin memberikan kesempatan terakhir untuk beliau mewujudkan janji-janjinya pada kampanye. pemerintahan baru berjalan 2 tahun dan sudah terlihat beberapa kemajuan dan yg pasti ada kemunduran juga. saya akan membahas berdasarkan sudut pandang perekonomian :

menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) pertumbuhan PDB tahun 2010 mencapai 6,1 %. keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner.pdf .
serta tingkat inflasi perJanuari 2011 sebesar 0,89 % lebih lanjut silakan klik http://www.bps.go.id/brs_file/inflasi_banner.pdf .
kemungkinan pemerintahan SBY - Boediono sedang berusaha membalikan keadaan dan mensejahterakan negara indonesia. semoga saja hasilnya memuaskan dan tidak mengecewakan warga negara, karena masih banyak faktor lain yg mungkin membuat sebagian warga tidak percaya atas kinerja beliau.

semoga referensi ini sedikit membantu. terima kasih.